Dalam kehidupannya
sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan
menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang
diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan,
terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin
dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais
Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang
anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni
seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon
petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap
melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu
dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan
Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad
mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh
musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais
Al-Qarni mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini
dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw,
sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.Hari demi hari berlalu,
dan kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Nabi saw semakin dalam.
Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad
saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara
Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai
seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana
mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya
selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu
memandang wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi
saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu
hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin
kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di
Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan
ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais
Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi
di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau
kembali pulang.”
Betapa gembiranya hari Uwais Al-Qarni mendengar
ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak
lupa mnyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta
berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni
menuju Madinah.
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais
Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi
Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah
itu sampbil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas
salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin
dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada berada dirumahnya, beliau
sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu
dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais.
Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi
Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni
bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang.
Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya
pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang
ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, karena
ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan
kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu
tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah
ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya
untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat
mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah
usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi
saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya.
Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya,
adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra
dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang
benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman,
karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat
meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan
keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para
sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia
mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu
Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu
ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan
istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu
terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar
pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah
Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni
langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada
sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang
datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan
tentang uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang
kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa
khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia ?
Rombongan
kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan
kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah
yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra
mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama
mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada
bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota.
Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi
menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais
berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais
sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais
menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua
sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan
Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak
tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang
benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah
Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa
dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan
namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka
tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi
siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama wajah
saya Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa
ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru
dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya,
Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan doa dan
istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah,
“saya lah yang harus meminta doa pada kalian.”
Mendengar
perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa
dan istighfar dari anda.” Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais
Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara
dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais
menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba
diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir
ini tidak diketahui orang lagi.”
Beberapa tahun kemudian, Uwais
Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan
dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk
memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani,
di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.
Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana
ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.
Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang
yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya Uwais Al-Qarni
telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang
amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal
berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais
Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia
dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur,
disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih
dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling
bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni ?
bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak
memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai
penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau
menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang
tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian
banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi,
hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”
Berita
meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika
wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman
mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada
orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan
permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra,
agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar
sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni
adalah penghuni langit.
Kutipan Dari: Kisah-Kisah Orang Sabar